Ya, begitulah cewek. Hari ini tanggal 18 September 2011 aku telah menghabiskan waktuku dengan banyak hal. Mulai dari tadi pagi aku bangun pukul 05:31 yang akhirnya tidur lagi yang katanya cuma 5 menit dan ternyata si benda bundar bertangan 3 itu telah menunjukkan pukul 07:58. Sontak aku langsung terbangun dan lekas mandi karena pada pukul 08:00 ada Try Out di GO, tempat lesku. Mandi dengan buru-buru, dipaksa mama untuk minum susu dan akhirnya ada satu hal yang paling menghambat aku untuk pergi ke GO, kunci motor yang sehari-hari aku pakai hilang, ntah dimana. Aku mencari dan terus mencari sampai akhirnya pukul 08:20 aku menemukannya dilaci lemari tua berwarna coklat yang terletak di antara ruang tengah dan dapur. Tentu saja aku heran kenapa kunci itu bisa ada disana. Segera aku langsung menghidupkan motor dan tanpa basa basi langsung tancap gas dan ngebut ke arah jalanan.
Selagi diperjalanan aku selalu melihat ke arah jam tangan untuk memastikan waktu sempat atau tidak, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 08:30, wah ini ga bakalan sempat, ucapku dalam hati, dengan penuh keraguan akhirnya aku lebih memutuskan untuk pergi kesekolah untuk membantu latihan PBB Osis 2012 untuk pelantikan. Sampai disekolah aku langsung masuk ke forum teman-teman OSISku, tak lupa aku melirik hal terindah yang telah diberikan kesempatan oleh tuhan untukku dapat menjadi kekasihnya, ya dia pacarku yang sedang terlihat kecapekan di ujung belakang barisan. Seperti kakak kakak senior pada umumnya ya aku ikut membantu walaupun bantuanku mungkin tidak akan berarti banyak buat mereka. Ajakan Mira untuk berlari mengelilingi lapangan basket cukup membuatku tertarik, akhirnya kami berlari mengitari lapangan basket sebanyak 15 putaran. Tentu saja kata 'capek' sudah menjadi resiko dalam hal ini. Anggap saja waktu sudah berlalu, akhirnya aku, pacarku riri, ayu, dan aca memutuskan untuk singgah sebentar ke kosannya riri, mau ganti baju katanya.
Setelah riri selesai ganti baju kami berempat meneruskan perjalanan panjang kami hari ini untuk mengembalikan aca kepangkuan orang tuanya, di Panam. Hujan ! Basah kuyup ! Sweater angkatan 2013 yang aku pinjam dari riri sudah berubah warna dari dongker menjadi hitam, celana jeans yang aku pakaipun tak lupa ikut ambil bagian dalam hal ini, ia turut berubah warna dari coklat menjadi abu-abu. Persinggahan selanjutnya kami singgah di rumah ayu. Tidak bermaksud merepotkan malah kami dipinjamkan baju ganti dan bahkan diberikan makan siang. Baju kami yang sudah basah kuyup bahkan dikeringkan dan disetrika.
Waktu sudah menunjukkan pukul 15:00 kamipun melanjutkan perjalanan ke Mal SKA, sampai disana kami langsung naik ke amazone dan langsung menuju mesin PIU yang memang menjadi tujuan utama kami, disana malah ketemu hanoi, anak eksis twitter yang juga merupakan penggila nyancat dan keroro. Langsung saja mesin itu kami cekoki dengan 14 credits. Lagi-lagi kami mencoba double performance bahkan triple performance yang kami lakukan dengan acak-acakan, terinjak kaki ini lah, kaki itulah. Gawat !
Cerita sebenarnya mulai dari sini, tiba-tiba riri mulai badmood, tiba-tiba dia nangis, pas aku tanya kenapa dia malah bilang gapapa, pas ayu tanya juga dia bilang gapapa, sempat aku melirik isi percakapan bbm nya dengan karin, kalau tidak salah dia menuliskan kata kata 'kambing', 'kesal'. Tentu saja aku heran kenapa, aku tanya ke ayu dia kenapa ayu malah bilang mungkin tadi waktu kakak lagi ngobrol sama ayu dia pingin ngobrol sama kakak. Ya, memang benar aku lagi-lagi melirik ke arah percakapan bbm riri, isinya kurang lebih begini "dari tadi aku dicuekin terus, apa aku pergi aja ya biar mereka bisa ngomong berdua", baru saja selesai aku membaca potongan kalimat itu riri langsung pergi meninggalkan amazone, akupun memutuskan untuk mengejarnya dan sepanjang jalan sepertinya dia memang ga mau ngomong sama aku, dia cuma bilang "pergilah sana, jangan ikutin" aku udah berulang-ulang tanya kenapa tapi dia malah diam. Aku terus mengikuti dia ke toko jam, katanya dia mau memperbaiki odm nya tapi lupa bawa kartu garansi, kata mbak-mbak penjaga tokonya ga bisa. Aku masih terus mengikuti dia sampai akhirnya dia masuk kesebuah outlet J.Co untuk memesan sebuah minuman dan sebuah donat. Lalu ia duduk di sebuah kursi dan aku mengikutinya duduk di kursi itu, aku terus berusaha mencoba berkomunikasi dengannya tapi tak sepatah katapun keluar dari mulut mungilnya itu. Setelah pesanannya selesai, ia segera mengambil pesanannya dan kembali duduk di kursi tadi, sambil memakan sebuah donat ia masih terus ber-bbm ria dengan teman-temannya, tentu saja dengan matanya yang masih berkaca-kaca. Masih terus aku mencoba untuk berbicara dengannya tapi seperti bicara dengan manekuin yang bisa bergerak, ia terus melakukan sesuatu tapi seperti tak mendengarkanku berbicara dengannya. Selanjutnya dia mengeluarkan sebuah novel dari tasnya yang sempat aku baca judulnya "Refrain, Saat Cinta Selalu Pulang" dengan sepucuk surat berwarna biru muda tertempel di sampulnya. Ia masih terus ber-bbm, meminum minuman yang tadi ia pesan, membaca novel itu dan terus mengabaikanku. Sepertinya memang pantas namaku Abay, selalu diabaikan.
Selang beberapa waktu, akhirnya dia pergi beranjak dari tempat itu, aku terus mengikutinya dan bertanya "mau kemana", dia hanya berkata "mau mutar-mutar, janganlah ngikut", langsung aku jawab "kenapa mutar-mutar?", dengan tegas ia menjawab "suka suka ! Kalau ga mau ga usah ikut !", akupun menjawab "loh kenapa ga mau? Seriuslah". Begitulah kira-kira percakapan singkat kami sebelum akhirnya ia memutuskan untuk berjalan ke arah pintu keluar. "Loh? Mau kemana?" Ujarku sambil mengejarnya seraya memegang tangannya, "mau pulang" katanya, "kenapa pulang?" tanyaku, "malas disini". Berulang-ulang kata-kata ini keluar dari mulut kami masing-masing sampai akhirnya kami sampai di pemberhentian taksi. Aku langsung mencegahnya pulang dan mengajak pulang denganku saja, tapi apa daya sudah berkali-kali dibujuk untuk diantar pulang tapi dia tetap menjawab tidak mau dan raut mukanya semakin menampakkan kalau ia sedang tidak dalam 'mood' nya. Lalu dia bergegas menuju kearah sebuah taksi dan tentu saja aku masih terus mencegahnya, dia masuk ke taksi itu namun beberapa detik kemudian datang supir taksi yang lain dan tiba-tiba seperti memarahi supir taksi yang dia tumpangi tadi dan menyuruh untuk pindah taksi, lalu dia keluar dan berjalan kearah taksi berikutnya, ingin aku mencegah tapi sudah tak ada harapan lagi. Dia masuk ke taksi itu dan segera berlalu, ingin aku mengejar taksi itu dan mengetuk-ngetuk kacanya seperti di sinetron-sinetron, tapi apa daya aku memang tak memiliki kemampuan untuk melakukan hal itu.
Sekitar dua menit aku berdiri ditempat tadi berharap aku bisa melihat taksi tadi tapi aku masih tidak melihat taksi yang ia tumpangi tadi itu, dengan rasa putus asa aku masuk kembali ke Mal dan naik ke Amazone lagi untuk menemui Ayu. Aku mengirimkan sms kepada Ayu berisi "ayu dimana?" untuk memastikan kalau dia belum pulang, "Maaf, ini siapa ya?", balasan dari ayu. "Kak Abay" jawabku, belum sempat ia membalas aku sudah menemukannya di mesin PIU tepat dimana aku meninggalkan tasku sebelum mengejar riri tadi. Ayu melontarkan beberapa pertanyaan tentang riri dan aku hanya bisa menjawab seadanya, apa yang telah terjadi tadi. Lalu aku memutuskan untuk pergi ke kosannya untuk meminta maaf.
Waktu berlalu dan aku sudah ada di kosannya riri. Kami masuk keatas tak lupa membawa helmnya yang tadi masih tertinggal di motorku. Begitu sampai didepan kamar kosnya yang terkunci, kami mendengar ia sedang menelpon sambil menangis, tak lama kemudian kami mengetahui kalau yang dia telpon itu adalah Ojak, teman dekatnya yang lain selain ayu. Aku yang mendengarnya menangis sudah tidak kuat untuk berkata sepatah katapun. Kami mengetuk pintu beberapa kali dan memanggil namanya, tiba-tiba terdengar suara orang membuka kunci, dan riri membuka pintunya, ya membuka pintu hanya selebar 18 cm mungkin. "Kenapa kesini?" katanya, belum sempat melontarkan sebutir huruf pun pintu itu sudah ditutup dan dikunci kembali. Terdengar tangisannya semakin kuat, semakin mengiris hati mendengarnya. Berkali-kali kami terus mencoba memanggil namanya berharap ia mau membukakan pintu dan membiarkan kami untuk berbicara dengannya untuk meminta maaf. Bagaikan pungguk merindukan bulan, riri membukakan pintunya itu bagaikan harapan yang tak akan bisa terwujud saat itu, dia masih terus menelpon dan menangis sedangkan kami masih berharap agar dia membukakan pintu. Nihil, dia tidak akan mau membukakan pintu kamarnya malam ini. Dengan penuh rasa menyesal dan kecewa kami hanya bisa berkata "helmnya kami letakkan di depan pintu ya ri, maaf ya ri, kami pulang dulu". Berharap ia mau membukakan pintu, kami menunggu beberapa waktu, tapi tetap tidak ada suara langkah kaki gadis mungil yang ingin membukakan pintu untuk dua orang yang sangat dikenalnya ini.
Kamipun pulang kerumah masing-masing, dan dirumah aku sudah dicuekin sama papa yang ternyata sudah marah-marah dari tadi, lalu menemui mama dan meminta izin untuk potong rambut. Sekarang aku ada di tempat pangkas rambut untuk kembali mengubah gaya rambutku dari 'rambut ganteng' ke 'botak kampret', begitu aku menyebutnya. Masih tetap menuliskan ceritaku hari ini, aku ingin menuliskan apa sebabnya riri marah kepada kami, dia memang cewek yang begitu pencemburu, bahkan dengan teman dekatnya sendiri, si Ayu, ia juga cemburu, dia pernah bilang ke Ayu cuma satu orang yang tidak ia cemburui, Vicka, teman dekatku yang sudah aku anggap sebagai saudara.
Badmoodnya hari ini sepertinya dimulai waktu kami berada dirumah Ayu tadi, ia memutuskan untuk tiduran di kursi Ayu sambil mendengarkan musik dan ber-bbm ria. Dia itu orang yang begitu moody, tadi di SKA sewaktu main PIU bertiga pada mode triple performance kami masih ketawa-ketawa dan selanjutnya dia mengajakku main bersama malah. Selanjutnya dia malah tiba-tiba badmood lagi dan terjadilah seperti apa yang telah aku ceritakan diatas tadi. Katanya ia cemburu karena aku lebih banyak ngobrol sama Ayu dibandingkan sama dia. Ya Allah sayaaaaaang, teriakku dalam hati. Aku tak tau apa tindakan yang aku ambil dari alasan itu, aku sudah kalap, tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. Mungkin sekarang ia masih menangis di kamarnya dan aku belum melakukan apa-apa.
Setelah selesai potong rambut aku akan menelponnya dan berharap dia mau mengangkat telponku. Semoga. Selama proses ritual penjelekan, dari ganteng menuju tidak ganteng si oom tukang pangkas ngajak ngobrol, eeh tiba-tiba udah selesai aja. Aku segera memakai kacamata minus 3,75 ku dan melihat sesosok makhluk tidak ganteng yang berdiri didepan cermin menggantikan sosok ganteng aku yang berdiri ditempat yang sama beberapa menit lalu. Lalu aku menyadari kalau makhluk tidak ganteng itu aku, aku bagaikan siluman makhluk tidak ganteng yang berubah pada sekitar tanggal 20 ditiap bulannya. Lalu akupun bergegas pulang dan langsung makan malam. Sebelum menyantap makan malam akupun mengirimkan pesan singkat kepada riri yang berisikan "boleh di telfon ga?", baru saja aku membaca balasan pesan darinya dan tertulis "maaf ini siapa? Ririnya lagi ga bisa diganggu". Baiklah, sepertinya dia memang beneran ga bisa diganggu, 'maaf ini siapa' ya kata-kata yang seolah-olah menunjukkan aku bukanlah siapa-siapanya lagi. Baru saja aku mengambil handphone pengisi pulsa milik mama dan mengetikkan beberapa kode untuk mengisi pulsaku, uangnya sudah aku bayar tapi sampai saat ini belum ada sepeser pulsapun bertambah dari nomor kartu GSM yang aku pakai ini, masih tetap berkutat pada Rp. 70, ya miris, bahkan untuk menghubungi riri saja banyak sekali rintangan yang harus dihadapi, Allahpun belum mau memudahkan jalanku untuk dapat menghubungi riri.
Jam di hp ku sudah menunjukkan angka 21:04, sudah jam 9 waktunya mama untuk masuk kamar dan mengingatkan untuk tidur, ingin rasanya untuk mengirimkan sms selamat tidur kepada riri tapi tetap saja masih ada kendala pada pulsa ini, nanti malah ririnya punya fikiran kalau aku tak peduli kepadanya karena tak melayangkan pesan singkat selamat malam. Baru saja aku menerima sms ayu yang isinya merupakan pesan dari sahabat riri yang lainnya yang ditujukan kepadaku, isinya itu "kak,tadi ayu udah cerita cerita sama karin. Dia tadi pesan buat kakak nyuruh ayu bilang ke kakak kalau kakak jangan nyuekin dia lg kak,trus kalau kita lg jln ber3 kakak banyak ngomong kedia aja,ayu dicuekin aja kalau bs. Trus kalau misal nya kakak lg sibuk sempatin lah kakak buat nanya keadaan dia sebentar aja. Besoklah ya kak kita ngobrol yg lengkapnya. Pokoknya ingat aja itu dulu ya kak.".
Membaca sms yang dikirimkan ayu aku bertanya lagi pada diriku, apakah aku memang benar seburuk itu? Apa benar aku selalu cuek padanya? Ingin aku menjawab 'sepertinya tidak' tapi ada rasa bersalah yang menahanku untuk mengatakan itu. Bila aku ingat ingat apa yang sudah aku lakukan hari ini untuknya mulai dari mengantarkannya pulang, memakaikan dia mantel hujanku dan merelakan aku basah kuyup untuk mengantar aca kerumahnya dan pergi kerumah ayu, atau kembali ke beberapa waktu lalu aku membuatkannya beberapa buah lagu, aku berikan dia surprise saat ulang tahun, cuek apanya? Sekeras apapun aku melawan pertanyaan itu tapi aku tak akan mampu karena memang sepertinya dalam beberapa waktu aku kurang perhatian kepadanya tapi lagi-lagi aku ingin menyangkal pernyataan tersebut dan lagi-lagi aku tak mampu karena aku sayang dia, aku tak mau kehilangan dia, aku tak mau dia sedih, aku tak mau membuatnya menangis, tapi inilah aku, orang yang selalu membuatnya menangis.
Kemarin aku menuliskan lagu untuknya yang baru selesai 2 bait, 'ngadat', baru sekali ini aku menulis lagu dan terhenti ditengah jalan, 'galau maksimal' begitu istilah anak muda zaman sekarang yang dapat mewakili perasaanku saat itu sehingga membuat pikiranku buntu. Beginilah lirik lagu berjudul Maafkan Aku yang belum selesai itu, "Aku tahu setiap malam kamu menangis karena diriku, Aku tahu setiap waktu kamu kecewa akan diriku, Karena tingkahku, apa yang aku lakukan, Mungkin belum bisa, membuatmu bahagia. Maafkan aku yang s'lama ini terus kecewakanmu, Aku tak bisa menjadi s'perti yang engkau inginkan, Maafkan aku sering membuat hatimu terluka, Atau ku mungkin bukan orang yang tepat untuk dirimu." Kurang galau apa lagi isi lagu itu? Apakah lirik lagu itu benar? Apakah aku memang bukan orang yang tepat untuk dirinya? Wallahualam, jodoh itu ditangan tuhan, kita hanya mencari dan tuhan yang menentukan, dan aku berharap dialah orang yang tepat. Sepertinya ini saatnya aku untuk tidur, aku tetap tidak bisa mengirimkan sms selamat malam kepada riri, maaf. Selamat malam sayang.
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone